CAUTION

BLOG INI UNTUK INFORMASI CADANGAN PERSONAL, MAAF BUKAN UNTUK UMUM.| THIS BLOG FOR PERSONAL INFORMATION RESERVE , SORRY NOT FOR PUBLIC.

Friday, April 15, 2011

pandangan islam tentang binatang

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Abu Hurairah, sayangilah semua
makhluk Allah, maka Allah akan
menyayangimu dan menjagamu dari
neraka pada hari kiamat.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, aku pernah menyelamatkan seekor lalat yang
jatuh ke air.” Jawab Rasulullah, “Allah mencintaimu. Allah mencintaimu. Allah
mencintaimu.” (Nasihat Rasulullah SAW pada Abu Hurairah) SUATU hari, Rasulullah berkisah
kepada para sahabat yang tengah
berkumpul. Ia mengisahkan tentang
seorang laki-laki dari kalangan Bani
Israil tengah berjalan di bawah terik
matahari, dengan rasa rasa haus yang amat sangat. Ketika ia melihat ada
sebuah sumur, maka ia segera turun
dan mengambil airnya untuk
diminum. Setelah hausnya terpuaskan
dan laki-laki itu hendak
meninggalkan tempat itu, ia melihat seekor anjing yang sedang kehausan.
Anjing itu menjilat-jilat pasir karena
hausnya. Dalam hatinya, laki-laki ini
mengatakan,”Anjing ini menderita kehausan, sebagaimana aku.” Akhirnya, ia kembali turun ke sumur
dan memenuhi sepatu kulitnya
dengan air, dan diberikanlah kepada
binatang malang itu. Rasulullah SAW setelah membawakan
kisah ini bersabda, ”Maka Allah memujinya dan mengampuninya.” Mendengar kisah tersebut, para
sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah benar-benar kami
memperoleh pahala karena
binatang?” Rasulullah pun menjawab, ”Di setiap hati yang lembab ada shadaqah.” ‘Hati yang lembab’ adalah perumpamaan terhadap makhluk
hidup apapun. Makhluk yang mati,
hati dan badannya mengering. Sebab
itulah, Imam An Nawawi
menyimpulkan dari kisah di atas
bahwa berbuat baik kepada binatang hidup, baik memberi minum atau
lainnya merupakan sebuah bentuk
shadaqah (Syarah Shahih Muslim,
7/503). Jelas, dari keterangan di atas, Islam
amat memuliakan binatang. Memenuhi
kebutuhan binatang pula dihitung
sebagai sebuah shadaqah,
sebagaimana juga memberi kepada
manusia, karena kedua-duanya ‘berhati lembab’. Hal yang sama disebutkan Rasulullah,
“Seorang Muslim tidak menanam tanaman, hingga memakan dari
tanaman itu manusia, binatang atau
burung, kecuali merupakan shadaqah
baginya, hingga datang hari kiamat.
(Riwayat Muslim) Sayang Terhadap Binatang
Termasuk Ajaran Islam Islam adalah ajaran yang menebarkan
kasih sayang dan rahmat kepada
seluruh alam semesta. Tidak hanya
membatasi kasih sayang hanya
kepada sesama manusia saja, namun
makhluk lain juga harus mendapatkan imbas rahmaniyah dari
ajaran Islam ini. Hal ini disebabkan
karena Allah telah menciptakan
kehidupan binatang bersinggungan
dengan kehidupan manusia, bahkan
mempermudah kehidupan manusia. Allah telah berfirman, ”Dan binatang ternak telah diciptkan-Nya untuk
kalian, padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai
manfaat, serta sebagiannya kalian
makan. Dan kalian memperoleh
keindahan padanya, ketika kalian membawanya kembali ke kandang
dan ketika kalian melepaskannya. Dan
ia mengangkut beban-beban kalian
ke suatu negeri yang kalian tidak
sanggup mencapainya, kecuali
dengan susah payah. Sungguh, Rabb kalian benar-benar Maha Pengasih
dan Penyayang. Dan (Dia telah
menciptakan) kuda, baghal dan
keledai untuk kalian tunggangi dan
sebagai perhiasan. Allah menciptakan
apa yang tidak kalian ketahui. ” (An Nahl [16]: 5-8). Dalam sejarah peradaban Islam
sendiri, hubungan harmonis antara
manusia dengan binatang terjalin
dengan baik, sebagaimana eratnya
hubungan antara Ashabul Kahfi
dengan anjing mereka. Demikan pula Rasulullah, beliau juga berhijrah
dengan onta setia beliau yang nama
Al Qashwa`, disamping beliau juga
memiliki beberapa onta lain yang
bernama Al Adhba` dan Al Jadm.
Seorang sahabat dalam kisah pembuka di atas, aslinya bernama
Abdurrahman bin Shahr. Ia gemar
membawa kucing kecil di sakunya,
hingga Rasulullah memberikan
panggilan kesayangan untuknya
dengan sebutan Abu Hurairah, yang artinya ‘ayah kucing’. Islam sebagai ajaran yang menekanan
kepada pemeluknya untuk
menyayangi binatang sebenarnya
sudah tercermin dalam pembahasan
dasar masalah fiqih, yakni masalah
thaharah (bersuci), dimana kita sebagai Muslim, dilarang buang air
besar atau air kecil ke dalam lubang,
merujuk kepada hadits yang
diriwayatkan Abu Dawud. Ada ulama
yang menyebutkan bahwa di dalam
liang biasanya ada binatang-binatang kecil. Dengan buang air di tempat itu,
maka hal itu bisa menzalimi binatang-
binatang tersebut. (lihat Mughni Al
Muhtaj, 1/61). Masih masalah thaharah, bahkan kita
sebagai Muslim diwajibkan
meninggalkan wudhu dan melakukan
tayammum sebagai gantinya,
seandainya ada binatang muhtaram
yang kehausan, sementara persediaan air sangat terbatas.
Binatang muhtaram adalah binatang
yang tidak diperintahkan untuk
dibunuh. (lihat, Mughni Al Muhtaj,
1/130). Kita sebagai Muslim diwajibkan
meninggalkan wudhu dan melakukan
tayammum sebagai gantinya,
seandainya ada binatang muhtaram
yang kehausan, sementara
persediaan air sangat terbatas. Adab kepada Binatang Tunggangan Disamping secara umum
menganjurkan berbuat baik kepada
binatang, secara spesifik, Islam
menjelaskan bagaimana seharusnya
para pemilik binatang tunggangan
memperhatikan beberapa hal, hingga tidak ada pihak yang terzalimi. Islam melarang seseorang memaksa
binatang untuk mengangkut beban
berat diluar kemampuan hewan itu,
sebagaimana diriwayatkan oleh At
Thabarani, “Jika kalian melihat tiga orang naik binatang tunggangan,
maka lemparlah mereka, hingga salah
satu dari mereka turun.” Sebagaimana Rasulullah berpesan
kepada para pemilik kendaraan agar
memperhatikan makanan binatang
tunggangan mereka. “Jika kalian melakukan perjalanan di daerah
subur, maka berilah makanan ontamu
dari daerah itu dan jika kalian
melakukan perjalanan di daerah
paceklik, maka percepatlah, hingga
tidak membahayakannya.” (Riwayat Muslim) Tentu, jika mereka masih berada di
wilayah gersang, dan tidak ada
makanan untuk onta mereka, maka
keadaan demikian mengancam
kehidupan binatang tersebut. Binatang Pun Mengeluh Kenapa Islam menjauhkan
pemeluknya dari pebuatan zalim
terhadap binatang? Karena binatang
itu seperti manusia. Ia juga merasakan
lapar, haus, lelah atau sakit jika
terzalimi. Rasulullah pernah memperoleh pengaduan dari
beberapa binatangyang memperoleh
perlakukan tidak baik dari pemiliknya.
Sebagaimana termaktub dalam Shahih
Muslim, Rasulullah pernah berkisah,
bahwa beliau menemui seorang laki- laki yang menarik sapi untuk
mengangkut. Sapi itu menoleh kepada
beliau dan mengatakan, “Demi Allah, aku tidak diciptakan untuk hal ini,
namun untuk membajak.” Dalam hadits lainnya yang
diriwayatkan Abu Dawud disebutkan, Suatu saat Rasulullah memasuki
sebuah kebun milik sahabat Anshar.
Di kebun itu terdapat seekor onta,
yang tiba-tiba matanya mengeluarkan
air mata ketika melihat Rasulullah.
Akhirnya beliau bertanya, ”Siapa pemilik onta ini?” Saat itu seorang pemuda datang dengan
mengatakan,”Saya wahai Rasulullah.” Beliau pun menyampaikan,”Apakah engkau tidak takut kepada Allah
mengenai binatang ini? Sesunggunya
ia mengadu kepadaku, bahwa
engkau membiarkannya lapar dan
terus-menerus mamaksanya
bekerja.” (H.R. Abu Dawud) Tidak Menghina Binatang Yang terlarang dalam Islam bukan
hanya menzalimi binatang secara fisik,
namun merendahkan ataun
mencelanya juga dilarang, karena
binatang pun termasuk ciptaan Allah
Ta’ala. Pernah suatu saat Rasulullah menjumpai wanita yang tengah
melaknat onta yang ia tunggangi,
hingga akhirnya beliau menghukum
wanita tersebut, sebagaimana
disebutkan Imam Muslim. Imam Al
Ghazali juga melarang merendahkan ciptaan Allah termasuk hewan, tatkala
beliau membahas mengenai hal
penjagaan terhadap mulut. (lihat Al
Maraqi Al Ubudiyah, hal.69) Sikap Para Ulama terhadap
Binatang Imam Abu Ishaq As-Sirazi. Suatu saat,
tokoh besar dalam madzhab As Syafi ’i ini berjalan bersama beberapa
sahabatnya. Tiba-tiba ada seekor
anjing berjalan di depan rombongan
itu. Menyaksikan hal itu, salah seorang
anggota romongan menghardik
anjing tersebut. Mengetahui hal itu Abu Ishaq melarangnya dan
menasehati,”Apakah engkau tidak tahu bahwa anjing itu dan kita sama-
sama berhak menggunakan jalan
ini?” (Al Majmu`, 1/45). Semoga bermanfaat.
(dari blog ‘Suci Sekeping Hati’ )

No comments:

Post a Comment

kritik dan saran saya terima dengan baik di sini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...