CAUTION

BLOG INI UNTUK INFORMASI CADANGAN PERSONAL, MAAF BUKAN UNTUK UMUM.| THIS BLOG FOR PERSONAL INFORMATION RESERVE , SORRY NOT FOR PUBLIC.

Tuesday, September 8, 2015

menambah dan mengurangi

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

READ MORE - menambah dan mengurangi

Tuesday, September 1, 2015

Pemanfaatan Software Stellarium & Celestia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Hilal, Hisab, Rukyat

hilal-hisab-rukyat28Secara sederhana Hilal, Hisab, Rukyat dapat mudah dipahami dengan bantuan software. Disini akan diterangkan caranya. Kalaupun tidak ingin menggunakan softwarenya, dengan gambar-gambar yang ada di halaman ini, mudah-mudahan cukup membantu untuk memahaminya. Sebenarnya tidak rugi kalau Anda mendownload softwarenya. Karena bisa dipakai untuk melakukan simulasi sambil belajar sedikit-sedikit ilmu Astronomi.
Hilal adalah penampakan bulan awal, yang berbentuk sabit. Bulan awal ini menandakan dimulainya tanggal 1 dalam penanggalan hijriyah.(Dalam kalender Hijriyah pergantian hari, dimulai saat matahari tepat terbenam. bukan jam 00:01 seperti pada kalender Masehi).
Hisab adalah suatu metode penentuan Hilal dengan menggunakan sistem perhitungan atau kalkulasi. Perhitungan disini melibatkan rumus-rumus fisika, matematika, data-data astronomi, dsb. Dahulu orang masih menghitung di atas kertas dengan rumus-rumus yang sederhana. Sekarang sudah menggunakan komputer, tentu dengan akurasi yang semakin tinggi. Bahkan bisa memprediksi sampai satuan detik untuk 100 tahun kedepan.
Rukyat adalah suatu metode penentuan Hilal dengan cara mengamati/melihat fisik bulan secara langsung, baik dengan mata telanjang, atau dengan alat (teropong, teleskop).
Dua metode ini, Hisab dan Rukyat, bisa menghasilkan penentuan tanggal Hilal yang berbeda. Mana yang tebaik, Hisab atau Rukyat? Keduanya punya plus-minus. Dan keduanya punya landasan fiqih masing-masing. Saya tidak akan masuk ke wilayah itu. Terserah Anda saja mana yang mau dipilih.
Pasti Anda pernah mendengar kalimat seperti ini: ‘hilal tidak terlihat’, ‘hilal sudah di atas ufuk’, ‘hilal masih di bawah horison’, ‘ketinggian hilal sekian derajat’, ‘umur hilal sekian menit’, ijtimak pukul sekian, dsb. Bingung?
Untuk memahami kalimat-kalimat di atas, bisa diterangkan dengan software Stellarium atau/dan Celestia. Software ini sebenarnya software astronomi biasa. Dengan software ini, kita bisa men-simulasi pergerakan bulan, matahari, planet, bintang, dsb. Kita bahas software Stellarium dulu.
Kemudian install.
(Catatan: Saya pakai Stellarium versi 0.12.4 (77 MB). Yang terbaru yaitu versi 0.13.0 (104 MB). Versi 0.12.4 adalah versi terakhir sebelum 0.13.0. Di komputer saya versi terbaru kurang stabil – maklum komputer jadul).
Setting/Pengaturan:
Setelah Stellarium diinstall, maka perlu dilakukan pen-settingan terlebih dahulu. Ikuti saja langkah-langkah berikut:
  1. Geser mouse mentok ke kiri atau ke bawah. Agar menu icon terbuka. hilal-hisab-rukyat01
  2. Klik di menu icon, ‘Location window [F6]’ (gambar kompas). Cari/ketik dan klik ‘Jakarta, Indonesia’. Wajib contreng ‘Use as default’. Tutup. (Banyak kota di Indonesia yang tersedia. Sesuaikan dengan domisili Anda. Ketik saja Indonesia, nanti akan muncul beberapa kota).hilal-hisab-rukyat02
  3. Klik di menu icon, ‘Sky and viewing options window [F4].
    • Pada tab Sky, wajib tercontreng ‘Show planets’.   (klik gambar unuk perbesar).hilal-hisab-rukyat03
    • Pada tab Markings, contreng ‘Horizon’. Pada Projection, pilih Fish-eye. Atau bisa juga Stereographics.
    • Pada tab Landscape, jangan dicontreng ‘Show fog’. Contreng ‘Use this landscape as default’.
    • Pada tab Starlore, pilih Western. Tutup.   (klik gambar unuk perbesar).
    • hilal-hisab-rukyat041  hilal-hisab-rukyat05  hilal-hisab-rukyat061
  4. Pada menu icon di bagian bawah, klik icon-icon Azimutal grid, Cardinal points, Planet labels, Set normal time rate. Seperti contoh gambar.  hilal-hisab-rukyat07
  5. Simpan, save seluruh settingan dengan klik menu icon ‘Configuration window [F2]’. Pada tab Main, klik Save settingshilal-hisab-rukyat08Harus diingat. Setiap kali Anda ngutak-atik settingan, jangan lupa klik Save settings. Agar settingan terakhir tidak berubah sewaktu program Stellarium ditutup, kemudian dibuka kembali.
Contoh Kasus
Kita akan mengambil contoh penentuan awal 1 Ramadhan 1435H/2014M. Seperti sudah diketahui, para penganut metode Hisab lebih dahulu berpuasa dibanding penganut metode Rukyat. Mengapa bisa begitu? Mari kita simulasikan.
Klik di menu icon Date/time window [F5]. (gambar jam).
  1. Masukkan tanggal 26-06-2014. Jam 17:46:00. Cari matahari (Sun), kemudian arahkan ke tengah-tengah pakai mouse. Bisa juga dengan cara, klik matahari, tekan tombol Space di keyboard atau klik rol mouse. Zoom layar dengan FOV sekitar 50° (roling rol mouse atau tekan PageUp/PageDown). Jangan lupa jam di pause dulu. Caranya klik icon dibaris bawah ke-4 dari kanan yg bergambar segitiga.
    • Perhatikan posisi bulan. Bulan masih berada dibawah horison/ufuk/cakrawala.
    • Jam 17:46:00 menandakan posisi matahari yang harus tepat berada di bawah horison. Seperti diketahui bahwa dalam sistem kalender Hijriyah, awal hari dimulai sejak matahari terbenam (di bawah horison).
    • hilal-hisab-rukyat09
  2. Masukkan tanggal 27-06-2014. Jam 17:46:15.
    • Perhatikan posisi bulan. Bulan sudah berada di atas horison. Ini berarti sudah masuk tanggal 1 Ramadhan. Sudah bisa Tarowih, sahur, kemudian puasa.
    • hilal-hisab-rukyat10
    • Inilah yang dipakai oleh penganut metode Hisab. Mereka tidak perlu mengamati fisik bulan secara langsung. Cukup pakai software atau program komputer. Kalau jago, bisa oret-oret di atas kertas + kalkulator + data astronomi + rumus matematika, fisika yang njelimet.
  3. Coba masukkan tanggal 28-06-2014. Jam 17:46:28.
    • Perhatikan! posisi bulan sudah semakin tinggi dari horison, dengan ketinggian di atas 10°.
    • hilal-hisab-rukyat11
  4. Sekarang kembali lagi ke tanggal 27-06-2014. Jam 17:46:15. Walaupun bulan/hilal sudah di atas horison, pertanyaannya apakah visible, bisa dilihat dengan mata telanjang ataupun teropong? Mari buktikan.
    • Klik bulan (Moon), tekan tombol Space. Zoom sepenuh layar monitor. Perhatikan sabit bulan disebelah kanan yang sangat-sangat tipis bagaikan rambut dibelah 7. Mungkinkah sabit bulan yang super tipis ini bisa diamati secara fisik?
    • hilal-hisab-rukyat12
    • Hampir pasti, mustahil bisa dilihat, sekalipun menggunakan teleskop. Sekarang kembalikan dulu/zoom out ke FOV 50°.
    • Harap diingat, dalam simulasi ini fitur atmosfir dan fog masih dimatikan/OFF.
  5. Coba sekarang hidupkan/ON. Klik di menu icon bawah, Atmosphere [A] (gambar awan). Jreeng…., sabit bulan telah dibantai habis oleh pendaran cahaya matahari.
    • hilal-hisab-rukyat13
    • Di dunia nyata, walaupun sudah menggunakan teleskop canggih dengan segala filter peredam cahaya, tetap saja sabit bulan/hilal tersebut susah untuk dilihat. Apalagi kalau ditambah cuaca berkabut atau udara berkelembaban tinggi. Karena prinsipnya, bila memfilter cahaya matahari, otomatis cahaya bulan pun ikut terfilter. Saya tidak tahu apakah di NASA ada teleskop canggih yang bisa melihat hilal dengan kondisi seperti itu.
    • Sebagai tambahan, para ahli punya perhitungan dan kesepakatan, bahwa hilal mampu dilihat bila ketinggiannya minimal 2° di atas horison. Makin tinggi hilal di atas horison, maka makin visible.
    • Itulah mengapa para penganut metode Rukyat belum melaksanakan Tarowih pada 27.06.2014. Sebab hilal belum bisa dilihat, walaupun secara hitung-hitungan hilal sebenarnya sudah ada. Mereka baru memulai Tarowih esok harinya tanggal 28.06.2014, dan puasa tanggal 29.06.2014.
Perbedaan penentuan awal/akhir bulan antara penganut metode Hilal dengan Rukyat akan sering terjadi. Sebab cara pandang/metode yang dipakai berbeda. Keduanya punya argumentasi dan dalil yang sama kuat. Disinilah perlu dicari titik temu. Yang sampai sekarang belum ketemu tuh… si titik temu.
Di bawah ini adalah jepretan 30 foto bulan menggunakan Stellarium. Dimulai dari 27-06-2014, 17:46:15 – 26-07-2014, 17:46:15.  hilal-hisab-rukyat14

Ijtimak

Bulan baru sebenarnya telah terjadi beberapa jam sebelum penampakan hilal. Yaitu ketika posisi bumi – bulan – matahari berada pada bidang yang sejajar. Posisi sejajar ini dinamakan ijtimak atau konjungsi.
Untuk melihat prosesnya agak sulit kalau pakai Stellarium. Ijtimak terjadi pada 27.06.2014 jam 15:08:30.
hilal-hisab-rukyat15Anda bisa pakai software satu lagi yang cukup canggih, yaitu Celestia. Celestia 1.6.1. Size 33,6 MB.
Perbedaan antara Stellarium dam Celestia adalah: Kalau di Stellarium, Anda mengamati benda-benda langit dari bumi, seperti keadaan kita sehari-hari. Sedangkan di Celestia, Anda mengamati benda-benda langit dari luar bumi, dimana saja.
hilal-hisab-rukyat16Berikut adalah gambar-gambar posisi ijtimak hasil jepretan Celestia:
hilal-hisab-rukyat17  hilal-hisab-rukyat18  hilal-hisab-rukyat19Kalau Anda bertanya pada gambar terakhir di atas, mengapa bulan ada di bawah bumi, tidak tepat di tengah-tengah antara badan bumi dan matahari? Jawabannya adalah, karena lintasan orbit bulan mengitari bumi, tidaklah horisontal murni, tapi agak miring sedikit.
hilal-hisab-rukyat20Seandainya Tuhan menciptakan garis orbit bulan horisontal murni, maka Anda tidak akan pernah melihat bulan purnama seumur hidup. Posisi bulan tentu sewaktu-waktu berada ditengah-tengah antara badan bumi dan matahari. Inilah yang disebut gerhana matahari, baik gerhana matahari sebagian ataupun gerhana matahari penuh.
hilal-hisab-rukyat21Biasanya gerhana matahari dalam setahun terjadi 2x. Sering bukan gerhana penuh. Jatuhnya gerhana sering berada di samudera. Maklum luas bumi 70% adalah perairan. Anda bisa men-simulasi gerhana pakai Celestia. Ada fiturnya. Baik gerhana matahari, bulan, atau gerhana di planet lain. Contoh yang cukup baik terlihat misalnya gerhana pada tanggal 3.10.2005 di benua Afrika, dan 9.4.2005 di samudera Pasific.
Ada satu hal menarik. Sering kita mendengar orang awam mengatakan, ‘Kalau di Arab Saudi sudah mulai berpuasa, di Indonesia otomatis harusnya, pasti sudah berpuasa juga. Sebab Indonesia zona waktunya lebih dahulu dari Arab Saudi 4 jam. Apakah pasti begitu? Jawabannya: Tidak. Meskipun kalau kedua negara menggunakan metode yang sama yaitu Hisab. Anda bisa cek pakai Stellarium. Saya kasih periodenya yang baik untuk disimulasikan yaitu 16.03.1991 (ijtimak 15:10:36). Bisa juga pada 20.01.1996 (ijtimak 19:50:26). Atau 25.10.2003 (ijtimak 19:50:15).
(Sebelum mempraktekkan ini, perlu lebih dahulu dilakukan pen-settingan zona waktu untuk wilayah Arab Saudi. Kalau tidak, hasilnya pasti kacau. Cara settingnya bisa dilihat di bawah, pada bagian ‘Tambahan’ No. 4).
Berikut ini adalah hasil dari penerawangan pada 16.03.1991. Ijtimak terjadi di Jakarta, Indonesia pada 16.03.1991 jam 15:10:36. Berarti di Riyadh, Arab Saudi jam 11:10:36. Di Jakarta, sewaktu matahari tenggelam, hilal berada di bawah horison. Tetapi di Riyadh hilal malah di atas horison. Aneh?
Berarti besoknya 17.03.1991 di Arab Saudi sudah mulai berpuasa, sedangkan di Indonesia belum bisa berpuasa. Padahal zona waktu di Indonesia lebih dulu 4 jam dari Arab Saudi. Hal ini bisa terjadi karena cara bumi berdiri tidaklah tegap lurus vertikal, tapi agak bungkuk, dengan bungkuk 23,5°. Disamping itu, garis edar bulan mengitari bumi tidkalah tegak lurus terhadap sumbu bumi, tapi agak miring sedikit. Pusing?

READ MORE - Pemanfaatan Software Stellarium & Celestia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...