Film “?” yang disutradarai Hanung
Bramantyo penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam
dan umat Islam. Film tersebut betul betul penuh dengan ajaran sesat
pluralisme yang menjadi saudara kandung atheisme dan kemusyrikan.
Pertama, ketika pembukaan sudah
menampilkan adegan penusukan terhadap pendeta, kemudian bagian akhir
pengeboman terhadap Gereja. Jelas secara tersirat dan tersurat, sang
sutradara menuduh pelakunya orang yang beragama Islam dan umat Islam
identik dengan kekerasan dan teroris.
Kedua, menjadi murtad yang
dilakukan oleh Endhita (Rika) adalah suatu pilihan hidup. Kalau semula
kedua orangtua dan anaknya menentangnya, akhirnya mereka setuju. Padahal
dalam Islam murtad adalah suatu perkara yang besar dimana hukumannya
adalah qishash (hukuman mati), sama dengan zina yang dirajam.
Ketiga, muslimah berjilbab,
Menuk (Revalina S Temat) yang merasa nyaman bekerja di restoran Cina
milik Tan Kat Sun (Hengki Sulaiman) yang ada masakan babinya. Sang
sutradara ingin menggambarkan seolah-olah babi itu halal. Terbukti pada
bulan puasa sepi, berarti restoran itu para pelanggannya umat Islam.
Keempat, seorang takmir masjid
yang diperankan Surya (Agus Kuncoro) setelah dibujuk si murtadin Menuk,
akhirnya bersedia berperan sebagai Yesus di Gereja pada perayaan Paskah.
Apalagi itu dijalaninya setelah dia berkonsultasi dengan ustad muda
yang berfikiran sesat menyesatkan pluralisme (Mungkin sesuai dengan
hidupnya) yang diperankan David Chalik.
Namun anehnya, setelah berperan
menjadi Yesus demi mengejar bayaran tinggi, langsung membaca Surat Al
Ikhlas di Masjid. Padahal Surat Al Ikhlas dengan tegas menolak konsep
Allah mempunyai anak dan mengajarkan Tauhid. Apa sang sutradara ini
kurang waras?
Kelima, tampaknya betul betul
memang sudah gila, masak pada hari raya Idul Fitri yang penuh dengan
silaturahmi dan maaf memaafkan, umat Islam melakukan penyerbuan dengan
tindakan anarkhis terhadap restoran Cina yang tetap buka sehari setelah
Lebaran. Bahkan sebagai akibat dari penyerbuan itu, akhirnya si pemilik
Tan Kat Sun meninggal dunia.
Setelah itu anaknya Ping Hen (Rio
Dewanto) sadar dan masuk Islam demi menikahi Menuk setelah menjadi janda
karena ditinggal mati suaminya Soleh (Reza Rahadian), seorang Banser
yang tewas terkena bom setelah menjaga Gereja pada hari Natal. Jadi
orang menjadi muslim niatnya untuk menikahi gadis cantik. Sebagaimana
sang sutradara yang berfaham Sepilis dengan kejam menceraikan istri yang
telah melahirkan satu anak demi untuk menikahi gadis cantik yang jadi
pesinetron. Film ini seolah olah menggambarkan kehidupannya sendiri ya ?
Keenam, si murtadin Endhita
minta cerai gara-gara suaminya poligami. Karena dendam, kemudian dia
menjadi murtad. Sepertinya sang sutradara ingin mengajak penonton agar
membenci poligami dan membolehkan murtad. Padahal Islam membolehkan
poligami dan dibatasi hingga empat istri dan melarang dengan keras
murtad dengan ancaman hukuman qishash.
Seandainya sang sutradara setuju
dengan poligami dengan menikahi si pesinetron itu, mungkin dia tidak
perlu menceraikan istri dan menelantarkan anaknya sendiri sehingga tanpa
kasih sayang seorang ayah kandung dan dengan masa depan yang suram.
Kasihan benar anak dan mantan istrinya, korban dari seorang ayah yang
kejam penganut faham pluralisme dan anti poligami.
Ketujuh, Sang sutradara betul
betul menghina Allah SWT dengan bacaan Asmaul Husna di Gereja dan
dibacakan seorang pendeta (Deddy Sutomo) dengan nada sinis dan
melecehkan. Masya’ Allah !
Kedelapan, memfitnah Islam
sebagai agama penindas dan umat Islam sebagai umat yang kejam dan anti
toleransi terhadap umat lain terutama Kristen dan Cina. Padahal
sesungguhnya meski mayoritas mutlak, umat Islam Indonesia dalam kondisi
tertindas oleh Kristen dan Katolik serta China yang menguasai politik,
ekonomi dan media massa.
Hanung betul betul buta, tidak melihat
kondisi umat Islam di negara lain yang minoritas seperti Filipina
Selatan, Thailand Selatan, Myanmar, India, Cina, Asia Tengah, bahkan
Eropa dan AS. Mereka sekarang dalam kondisi tertindas oleh mayoritas
Kristen dan Katolik, Hindu, Budha dan Komunis. Jadi fikirannya
benar-benar subyektif dan dipenuhi dengan hati penuh dendam terhadap
umat Islam.
Kesembilan, film ini
mengajarkan kemusyrikan dimana semua agama itu pada hakekatnya sama
untuk menuju tuhan yang sama. Kalau semua agama itu sama, maka orang
tidak perlu beragama. Jadi film “?” ini dengan sangat jelas mengajarkan
faham atheisme dan komunisme.
Terakhir, bertobatlah segera
sebelum azab Allah SWT menimpa anda, wahai sang sutradara, karena hidup
di dunia ini hanya sementara dan tidak abadi. Belajarlah kembali
mengenai Islam yang benar sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, bukan
Islam yang diambil dari kaum Orientalis Barat dan para sineas berfaham
sepilis yang sudah sangat jelas memusuhi Islam dan umat Islam.
No comments:
Post a Comment
kritik dan saran saya terima dengan baik di sini.