Agar lebih bermanfaat, sebaiknya kaum Muslim memperhatikan tata cara atau adab bertelepon yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai adab yang perlu diperhatikan oleh orang yang menerima telepon.
‘’Saya memaparkan adab yang berkaitan dengan telepon ini seraya memohon pertolongan Allah SWT, ‘’ ujar Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Syayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah. Lalu apa saja adab yang perlu diperhatikan oleh orang yang menerima telepon itu?
Pertama, tidak membiarkan telepon berdering tanpa dijawab. Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaklah pihak yang menerima telepon tidak membiarkan telepon berdering dalam waktu lama.
‘’Kecuali dia tahu dengan yakin siapa yang meneleponnya dan tidak ingin menjawabnya karena sebab-sebab tertentu,’’ tuturnya. Menurut Syekh Sayyid Nada, seseorang yang membiarkan telepon berdering berkali-kali tidak dijawab tanpa alasan bukanlah akhlak seorang Muslim.
Sebab, tutur dia, barangkali ada orang yang menelepon tersebut adalah orang yang ingin meminta tolong kepadanya atau kerabat yang ingin mengunjunginya. ‘’Tidak menjawab telepon, sama saja tak membukakan pintu kepada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Padahal bisa jadi orang yang mengetuk pintu itu sedang kesusahan dan butuh pertolongan.’’
Kedua, seorang wanita jangan menjawab telepon ketika baru bangun tidur. Menurut Syekh Sayyid Nada, sebagian besar wanita suaranya sangat lembut ketika baru bangun tidur, yang mengesankan dia masih malas dan mengantuk.
Jika ia mengangkat telepon dan laki-laki yang menghubunginya memiliki penyakit di dalam hatinya, maka suara wanita tersebut bisa membangkitkan syahwat.‘’Oleh karena itu hendaklah wanita yang baru bangun tidur tidak menjawab panggilan tersebut,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada.
Ulama terkemuka itu mengutip Alquran surah Al-Ahzab ayat 32, Allah SWT berfirman, ‘’Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.’’ Namun, kata Syekh Sayyid Nada, jika wanita tersebut tegas suaranya, sehingga tidak terdengar mendesah, maka tidak apa-apa dia menjawab telepon.
Ketiga, tak membiarkan anak kecil menjawab telepon.
Sebagian orang membiarkan anak kecil yang belum balig menjawab telepon. Padahal anak kecil sering tidak memahami perkataan orang dewasa yang menelponnya. Dia pun mungkin tidak mengetahui siapa yang diajak berbicara. Padahal mungkin orang yang menelepon tersebut mau membicarakan sebuah masalah penting dengan segera.
‘’Jika yang mengangkat telepon anak kecil, maka malah akan menimbulkan mafsadat,’’ tutur Syekh Sayyid Nada. Bahaya yang lebih besar akan mengancam, kata dia, jika ternyata yang menelepon anak kecil tadi merupakan orang iseng yang menanyakan nama ibunya, kakak perempuannya, dan tentang orang-orang di rumah. Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanyakan untuk tujuan yang buruk sehingga menimbulkan bahaya besar.
Keempat, menjawab telepon dengan mengucapkan kata, "siapa?"
Jika telepon berdering, maka yang menerimanya harus menanyakan identitas si penelepon. Sesungguhnya orang yang menelepon sama saja dengan orang yang mengetuk pintu rumah. Termasuk sunah untuk menanyakan siapa, saat ada orang yang mengetuk pintu rumahnya.
Sebagian orang ketika mengangkat telepon sering mengucapkan salam duluan kepada orang yang meneleponnya. Sehingga berubah peran keduanya. Padahal orang yang menelepon itu sama kedudukannya dengan orang yang mengetuk pintu, maka dia yang seharusnya mengucap salam terlebih dulu.
Sebagian orang membiarkan anak kecil yang belum balig menjawab telepon. Padahal anak kecil sering tidak memahami perkataan orang dewasa yang menelponnya. Dia pun mungkin tidak mengetahui siapa yang diajak berbicara. Padahal mungkin orang yang menelepon tersebut mau membicarakan sebuah masalah penting dengan segera.
‘’Jika yang mengangkat telepon anak kecil, maka malah akan menimbulkan mafsadat,’’ tutur Syekh Sayyid Nada. Bahaya yang lebih besar akan mengancam, kata dia, jika ternyata yang menelepon anak kecil tadi merupakan orang iseng yang menanyakan nama ibunya, kakak perempuannya, dan tentang orang-orang di rumah. Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanyakan untuk tujuan yang buruk sehingga menimbulkan bahaya besar.
Keempat, menjawab telepon dengan mengucapkan kata, "siapa?"
Jika telepon berdering, maka yang menerimanya harus menanyakan identitas si penelepon. Sesungguhnya orang yang menelepon sama saja dengan orang yang mengetuk pintu rumah. Termasuk sunah untuk menanyakan siapa, saat ada orang yang mengetuk pintu rumahnya.
Sebagian orang ketika mengangkat telepon sering mengucapkan salam duluan kepada orang yang meneleponnya. Sehingga berubah peran keduanya. Padahal orang yang menelepon itu sama kedudukannya dengan orang yang mengetuk pintu, maka dia yang seharusnya mengucap salam terlebih dulu.
Kelima, orang yang menghubungi hendaknya memperkenalkan diri. Sesungguhnya orang yang menghubungi, kata Syekh Sayyid Nada, sama seperti orang yang mengetuk pintu. Setelah itu, hendaknya orang yang menghubungi lewat telepon mengucap salam dan memperkenalkan diri. Sehingga, orang yang menerima panggilan bisa mengenalinya.
Keenam, tak memperpanjang pembicaraan tanpa kepentingan. Ngobrol lewat telepon berlama-lama tanpa kepentingan yang jelas merupakan bentuk pemborosan dan menyia-nyiakan harta. Menurut Syekh Sayyid Nada, perbuatan seperti itu tidak diridhai Allah SWT.
Allah SWT berfirman, ‘’…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.’’ (QS. Al-Israa:26-27).Keenam, tak memperpanjang pembicaraan tanpa kepentingan. Ngobrol lewat telepon berlama-lama tanpa kepentingan yang jelas merupakan bentuk pemborosan dan menyia-nyiakan harta. Menurut Syekh Sayyid Nada, perbuatan seperti itu tidak diridhai Allah SWT.
Ketujuh, tak menggunakan telepon terlalu lama tanpa kepentingan. Saat menggunakan telepon umum atau warung telekomunikasi hendaknya memperhatikan orang lain yang juga akan menggunakan fasilitas umum itu. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya akhlak seorang Muslim itu tidak egois serta tak merugikan orang lain.
Kedelapan, hendaklah orang yang menghubungi adalah orang yang mengakhiri panggilan. Ketika maksud dan tujuan pembicaraan telah tercapai, Syekh Sayyid Nada menyarankan agar orang yang menghubungi mengakhiri perbincangan. Yakni dengan cara yang baik seperti mengucapkan salam. ‘’Sebab, kedudukan orang yang menghubungi sama seperti orang yang bertamu.’’
Kesembilan, meletakkan gagang telepon dengan lembut ketika menyudahi pembicaraan.Ketika pembicaraan telah selesai, maka setelah mengucap salam, si penelepon hendaknya meletakan gagang telepon dengan lembut. Meletakan gagang dengan keras bisa mengesankan kepada pihak lain bahwa si penelepon sedang marah.
(REPUBLIKA.CO.ID)
helpful
ReplyDeletethanks for coming to the page.
Delete